Thursday, December 30, 2010

Untung Rugi Pakai "Microwave"

http://health.kompas.com/index.php/read/2010/12/30/14364662/Untung.Rugi.Pakai.Microwave-12



Kamis, 30 Desember 2010 | 14:36 WIB
KOMPAS.com - Selain memasak lebih praktis,microwave dapat membuat bahan pangan yang dimasak menjadi lebih menyehatkan. Namun, perlu dicermati juga cara memasak yang bisa menurunkan kandungan gizi dan membahayakan kesehatan.

Filosofi dibuatnya microwave memang bertujuan untuk meringankan pekerjaan manusia. Sosok fisiknya juga sangat menarik. Cara penggunaannya pun mudah. Belum lagi fungsinya yang serba guna.
Pada prinsipnya microwave mempunyai cara kerja yang tak jauh berbeda dengan oven biasa. Bedanya, bila oven biasa menggunakan api,microwave menggunakan gelombang mikro sebagai sumber panas. Gelombang mikro adalah gelombang radio frekuensi tinggi yang dihasilkan dari tabung elektronik yang disebut magnetron.
Dari magnetron ini gelombang mikro akan memasuki area pemasakan melalui celah terbuka pada bagian atas oven. Alat ini dilengkapi baling-baling yang berfungsi untuk menyebarkan gelombang mikro secara merata, hingga terjadi keseragaman pemasakan.
Gelombang mikro mempunyai dua karakteristik utama yang sebaiknya kita pahami. Karakteristik pertama, gelombang akan dipantulkan oleh metal atau logam, dan tidak dapat melalui wadah yang terbuat dari logam untuk memanaskan makanan. Karena itu, akan lebih baik bila saat menghangatkan makanan tidak menggunakan bahan yang terbuat dari logam. Wadah kertas, plastik, gelas, dan kayu sangat ideal dimasukkan ke dalam oven gelombang mikro ini.
Karakteristik kedua, gelombang mikro mudah diserap oleh air. Untuk mempercepat proses pemasakan dengan microwave, sebaiknya digunakan air sebagai media.
Kurangi Komponen Gizi
Di balik kepraktisan memasak dengan microwave, beberapa penelitian menunjukkan pemasakan modern ini ternyata dapat mengurangi komponen gizi cukup banyak.
Publikasi pada The Journal of The Science of Food and Agriculture (2003), menunjukkan brokoli yang dimasak dengan microwave kehilangan komponen flavonoid hingga 97 persen, sinapics 74 persen, dan turunan caffeoyl-quinic sebesar 87 persen. Ketiga komponen tersebut berperan penting sebagai antioksidan pada brokoli.
Kehilangan zat gizi memasak dengan microwave lebih tinggi dibandingkan brokoli yang dikukus. Pengukusan brokoli hanya menyebabkan kehilangan 11 persen komponen flavonoid, 0 persen sinapics, dan 8 persen caffeoyl-quinic.
Hasil penelitian dari Stanford University yang dimuat pada The Journal Pediatrics (1992) menunjukkan air susu ibu (ASI) yang dipanaskan dengan microwave, beberapa enzim pentingnya bisa rusak, seperti enzim lisosim yang sangat penting untuk melawan infeksi bakteri. Akibatnya, beberapa saat kemudian ASI menjadi kaya akan bakteri Escherichia coli yang berpotensi menyebabkan diare.
Publikasi Dr. Lita Lee pada The Lancet Medical Journal (1989) menganjurkan agar makanan bayi yang kaya protein tidak dimasak menggunakan microwave karena mengubah struktur asam amino L-prolin menjadi senyawa yang berpotensi melemahkan fungsi jaringan saraf dan ginjal.
Beberapa peneliti Rusia tahun 1950-an menunjukkan, pemasakan bahan pangan kaya protein denganmicrowave berpotensi mengubah struktur asam amino menjadi senyawa yang bersifat karsinogenik. Untuk menghindari bahaya yang timbul, kurangi penggunaan microwave untuk pemasakan bahan yang kaya protein (seperti susu dan daging).
Perhatikan takaran rempah
Saat memasak atau melelehkan potongan daging yang besar, sebaiknya bagian daging yang tipis atau berlemak dibungkus aluminum foil karena kedua bahan tersebut mudah sekali terbakar.  
Bahan makanan yang mengandung susu cair, sereal, saus, dan selai, sebaiknya dimasak menggunakan wadah yang cukup besar. Bahan-bahan tersebut akan mengembang lebih besar dibanding dengan cara memasak biasa. Wadah yang tepat membuat isinya tidak meluap keluar.
Penambahan rempah-rempah juga perlu diperhatikan. Pemasakan dengan microwave membutuhkan jumlah rempah-rempah lebih sedikit dibanding memasak cara konvensional. Waktu pemasakan yang lebih singkat menyebabkan aroma rempah-rempah tertinggal maksimum dalam masakan.
Sebaliknya, makanan yang biasanya membutuhkan waktu penggodokan lama (seperti kari atau balado), sebaiknya tidak dimasak dengan microwave. Kemungkinan besar bumbu tidak akan terserap sempurna, sehingga rasanya menjadi hambar. Selain itu, penambahan garam sebaiknya dilakukan setelah pemasakan, mengingat sifat garam yang dapat menarik air.
Cara benar menggunakan Pada umumnya microwave dapat digunakan untuk memasak hampir semua jenis masakan. Hal yang perlu diperhatikan adalah cara pemasakannya. Cara pemasakan yang benar akan menghasilkan makanan matang sempurna, memiliki penampakan dan cita rasa baik, serta zat gizi yang prima.
* Jika makanan yang hendak dimasak atau dihangatkan banyak mengandung cairan seperti puding, saus, dan sup (daging, ikan, sereal, dan sayuran), sebaiknya gunakan posisi pemasakan high.
* Bila makanan yang dimasak berupa pie crust, cake, frozen food siap santap, steak daging has ukuran kecil, dan ayam, sebaiknya gunakan posisi pemasakan medium. * Bila makanan yang dimasak berupa roti, telur, keju, steak daging has ukuran besar, atau hendak melelehkan mentega, cokelat, atau bahan pangan mentah beku, sebaiknya gunakan posisi pemasakan low.
* Hal lain yang perlu diperhatikan adalah waktu pemasakan. Makanan dan minuman yang kita masak dalam microwave akan tetap mengalami pemanasan sesaat setelah dikeluarkan dari oven. Karena itu, perlu diperhatikan lama suatu bahan berada di microwave, supaya tidak terlalu matang.
* Bila menggunakan microwave, bagian luar makanan biasanya akan lebih cepat matang. Karena itu, harus diatur agar bagian yang paling tebal terletak di bagian terluar piring atau wadah. Bila memungkinkan, dapat dilakukan pengadukan atau dibolak-balik sebanyak satu hingga empat kali selama proses memasak. Makin sering diaduk, makanan semakin rata masaknya.
* Wadah makanan sebaiknya sesering mungkin diputar, apalagi bila menggunakan posisi pemasakan high. Hal tersebut bertujuan agar proses pemasakan dapat merata.
* Selain itu, makanan yang hendak dimasak sebaiknya ditutup untuk mencegah microwave dari percikan bahan yang dimasak. Dengan demikian, bagian dalam microwave tetap bersih.
* Jenis penutup yang digunakan dapat bermacam-macam seperti kertas towel, kertas waxed (berlilin), ataupun tutup gelas biasa. Kertas towel mempunyai kemampuan menyerap air, sehingga biasanya digunakan untuk bahan pangan yang dikehendaki kering dan bebas dari uap air. Kertas waxed digunakan untuk menahan panas dan menjaga panas uap air di dekat bahan pangan tanpa mengikat uap air tersebut. Memasak cake dan roti paling baik menggunakan kertas lilin.
* Untuk memasak sup ataupun sayuran, sebaiknya gunakan kemasan plastik atau tutup gelas biasa, supaya air tidak menguap dan sayur cepat panas. Perlu diusahakan agar proses penutupan tidak terlalu rapat untuk mencegah terjadinya letusan.
* Untuk makanan kaleng, sebelum dimasak sebaiknya dipindahkan dahulu ke dalam piring. Hal itu perlu dilakukan karena kaleng mengandung unsur logam yang membuat kerja microwave menjadi tidak optimal.
Tidak menambah lemak
Memasak dengan microwave bukan berarti selalu berdampak buruk. Sebab, memasak dengan metode konvensional juga dapat menyebabkan kehilangan zat-zat gizi. Hal tersebut sangat tergantung dari bahan makanannya, waktu pemasakan, penyimpanan, hingga cara pemasakannya.  
Sebuah penelitian oleh Cornell University, AS, menunjukkan proses pemasakan bayam denganmicrowave dapat mempertahankan kandungan vitamin larut air, termasuk asam folat yang sangat penting bagi ibu hamil.
Namun, berdasarkan penelitian yang dimuat pada Science News (1998), pemasakan denganmicrowave selama 6 menit dapat merusak setengah kandungan vitamin B-12 pada susu dan daging. Vitamin B-12 merupakan salah satu vitamin B kompleks yang bersifat larut dalam air.
Penelitian yang dilakukan di Cornel University menunjukkan proses pemasakan daging denganmicrowave ternyata bebas dari kandungan nitrosamin, yaitu senyawa yang bersifat karsinogen (menyebabkan kanker) dan biasanya banyak terdapat pada daging yang dibakar, digoreng, dan dipanggang.
Memasak dengan ok juga bebas dari senyawa karsinogenik seperti amin heterosiklik, poliaromatik hidrokarbon (PAH), ataupun radikal bebas.  Hingga saat ini belum ada perbandingan tingkat karsinogenik antara memasak dengan cara digoreng, dibakar, atau dipanggang dengan memasak menggunakan microwave. Keunggulan lain microwave adalah dapat memasak tanpa menggunakan minyak. Hal tersebut berarti pemasakan dengan microwave tidak menambah kandungan lemak pada masakan.
Secara umum, microwave banyak digunakan orang untuk menghangatkan makanan hingga berulang kali. Kebiasaan tersebut sebaiknya mulai dihindari karena meskipun praktis, proses penghangatan berulang-ulang dapat menyebabkan kandungan zat gizi makanan menurun. Selain itu, berpotensi menimbulkan senyawa yang bersifat karsinogenik.
Makanan untuk bayi, seperti ASI ataupun susu formula sebaiknya tidak dipanaskan dengan microwave, mengingat daya tahan tubuh bayi masih sangat sensitif dan rentan.
Kebersihan microwave juga harus mendapat perhatian. Selain menutup masakan yang hendak dimasak, microwave harus secara rutin dibersihkan untuk menghindari kontaminasi kotoran ataupun bakteri yang justru akan membahayakan kesehatan. @
Prof DR Made Astawan, Ahli Teknologi Pangan dan Gzi IPB 

Wednesday, October 27, 2010

Terapkan 5 Prinsip Positive Parenting Dalam Mengasuh Anak

http://www.hanyawanita.com/_mother_child/parenting/article.php?article_id=10877




Setiap orangtua pastinya menginginkan anak-anak mereka tumbuh dengan optimal dan menjadi anak-anak yang cerdas. Dan untuk mewujudkan semua harapan tersebut, tentunya sebagai orangtua kita pun perlu membekali diri, agar selalu dapat memberikan dukungan positif kepada anak untuk masa depannya.

Dan pembekalan dasar yang perlu dimiliki oleh para orangtua dalam upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya adalah 'Positive Parenting'. Lalu apa itu Positive Parenting?
Mayke S. Tedjasaputra, seorang psikolog dan Play Therapist, dalam acara peluncuran Rumah Rumah DANCOW Parenting Center (DPC), beberapa waktu lalu, di Jakarta, menjelaskan bahwasanya Positive Parenting itu merupakan pola pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua dengan cara suportif, konstruktif dan juga menyenangkan bagi anak.
Dalam hal ini pola pengasuhan haruslah bersifat mendukung perkembangan anak (suportif), dilakukan dengan cara positif dan menghindari kekerasan serta hukuman (konstruktif), dan dilakukan melalui kegiatan bermain (menyenangkan).
Dan semua pola pengasuhan yang mengacu pada Positive Parenting itu dirangkumkan dalam 5 Prinsip Positive Parenting, yang mana semua dukungan positif yang dimiliki oleh orangtua akan sangat bermanfaat untuk bekal masa depan anak kelak.
1.
Lingkungan aman dan mendukung untuk bereksplorasi
Ciptakanlah lingkungan yang aman dan mendukung untuk membantu anak mengeksplorasi dunianya. Dengan begitu orangtua bisa selalu mengawasi anaknya, tanpa perlu was-was, sehingga orangtua bisa lebih percaya diri dalam memberikan kesempatan dan kepercayaan pada anak untuk mencoba hal-hal yang baru.
2.
Perhatian dan dukungan positif awal tumbuh percaya diri
Binalah hubungan yang sehat dan lekat pada anak, dengan sengaja menyisihkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dan berkomunikasi dengan anak, agar anak selalu merasa dicintai.
3.
Menanamkan nilai positif secara konsisten awal tumbuh bertanggung jawab
Memberikan contoh dan teladan yang baik bagi si Kecil, memberikan rambu-rambu pada anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan pentingnya konsistensi, intra dan inter individual
4.
Pemahaman dan stimulasi yang sesuai awal tumbuh optimal
Penting bagi orangtua mengetahui kelebihan dan kekurangan anak. Selain itu jangan lupa untuk selalu memberikan pujian yang sesuai ketika anak berhasil. Dan dukungklah selalu anak ketika mereka mengalami kegagalan atau keragu-raguan.
5.
Mengatasi stres awal komunikasi positif dengan si kecil
Mengatasi stres adalah langkah awa untuk membangun komunikasi positif dengan anak, maka dari itu cobalah untuk belajar mengendalikan diri dalam mengatasi emosi negatif, mencari solusi ketika menghadapi masalah, membina komunikasi terbuka antar pasangan atau dengan orang yang terlibat dalam pengasuhan anak, dan kenalilah kelebihan dan kekurangan diri pribadi, serta kembangkan sikap mau belajar dan mau berubah ke arah yang lebih baik. 

Monday, October 25, 2010

CDC Issues Updated Guidelines for Testing for Tuberculosis Infection

http://www.medscape.com/viewarticle/724390
Laurie Barclay, MD



une 30, 2010 — The US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) have issued updated guidelines for testing forMycobacterium tuberculosis infection in adults and children using interferon gamma release assays (IGRAs), approved by the US Food and Drug Administration (FDA). The updated recommendations, published in the June 25 issue of Morbidity and Mortality Weekly Report, offer guidance to US public health officials, healthcare providers, and laboratory workers.
"Before 2001, the tuberculin skin test (TST) was the only practical and commercially available immunologic test for Mycobacterium tuberculosis infection approved in the United States," write Gerald H. Mazurek, MD, and colleagues from the Division of Tuberculosis Elimination, National Center for HIV, STD, and TB Prevention, CDC. "Recognition that interferon gamma (IFN-γ) plays a critical role in regulating cell-mediated immune responses toM. tuberculosis infection led to development of ...IGRAs for the detection of M. tuberculosis infection. IGRAs detect sensitization to M. tuberculosis by measuring IFN-γ release in response to antigens representing M. tuberculosis."
Since the CDC published 2005 guidelines for use of the QuantiFERON-TB Gold test (QFT-G), 2 new IGRAs were FDA approved to assist in diagnosing latent and active M tuberculosis infection: QuantiFERON-TB Gold In-Tube test (QFT-GIT) and the T-SPOT.TB test (T-Spot). For these assays, the antigens, methods, and interpretation criteria are different from those for previously FDA-approved IGRAs.
The updated recommendations for IGRA use were developed by a group of experts convened by the CDC to review available evidence including data submitted to FDA, published reports, and expert opinion concerning IGRAs. Studies of sensitivity, specificity, and agreement for IGRAs and tuberculin skin test yielded varying results regarding superiority of any of these tests.
"In brief, TSTs and IGRAs (QFT-G, QFT-GIT, and T-Spot) may be used as aids in diagnosing M. tuberculosisinfection," the guidelines authors write. "They may be used for surveillance purposes and to identify persons likely to benefit from treatment. Multiple additional recommendations are provided that address quality control, test selection, and medical management after testing."
Recommendations for use of IGRAs in these guidelines include the following:
  • To assist in diagnosing infection with M tuberculosis, tuberculin skin tests and IGRAs may be used for surveillance or to identify persons likely to benefit from treatment (those who are or will be at increased risk for M tuberculosis infection or for progression to active tuberculosis if infected).
  • Established protocols using FDA-approved test formats are required for performance and interpretation of IGRAs in compliance with Clinical Laboratory Improvement Amendment standards.
  • To facilitate more refined evaluation of test results and better understanding of implications and limitations of the tests, both the standard qualitative test interpretation and the quantitative assay measurements should be reported along with the criteria used for test interpretation.
  • Before blood draw, arrangements for IGRA testing should be made so that the specimen is collected in the proper tubes and so that testing can be performed within the required timeframe.
  • Before implementing testing with IGRAs, each institution and tuberculosis-control program should consider availability, overall cost, potential benefits of IGRAs, and characteristics of the test population in their own setting.
  • Neither the tuberculin skin test nor the IGRAs should typically be used to test persons at low risk for both infection and progression to active tuberculosis if infected, unless they are likely to be at increased risk in the future. Screening such persons is likely to cause a higher number of false-positive results and diversion of resources from higher-priority activities. When testing low-risk patients, the test with the greatest specificity should be chosen.
  • The most suitable test or combination of tests to diagnose M tuberculosis infection should be chosen based on the reasons and the context for testing, test availability, and overall cost effectiveness.
  • An IGRA may be used instead of a tuberculin skin test in all situations in which the CDC recommends the tuberculin skin test as an aid in diagnosing M tuberculosis infection.
  • An IGRA is preferred for testing persons from groups that typically have low rates of returning to have tuberculin skin tests read and for those who have received Bacille Calmette-Guérin (BCG) as a vaccine or as cancer treatment. In the latter group, the tuberculin skin test has a higher false-positive rate.
  • IGRAs or the tuberculin skin test (without preference) may be used to test recent contacts of persons with infectious tuberculosis.
  • IGRAs or the tuberculin skin test (without preference) may be used for periodic screening for occupational exposure.
  • For testing children younger than 5 years, the tuberculin skin test is preferred vs the IGRA. To increase diagnostic sensitivity in this age group, however, some experts recommend using an IGRA as well as the tuberculin skin test.
"Although substantial progress has been made in documenting the utility of IGRAs, additional research is needed that focuses on the value and limitations of IGRAs in situations of importance to medical care or tuberculosis control," the guidelines authors write.
MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2010;59(RR-5):1-28.

Saturday, October 23, 2010

Otak Ibu Baru Berkembang Setelah Melahirkan

http://gayahidup.inilah.com/read/detail/913672/otak-ibu-baru-berkembang-setelah-melahirkan

Oleh : Ediya Moralia
Gaya Hidup - Minggu, 24 Oktober 2010 | 07:09 WIB

Para peneliti yang sebagian besar dari Yale University School of Medicine, mengatakan bahwa pertumbuhan otak itu mungkin dipicu oleh perubahan kadar hormon tertentu hanya setelah seorang ibu baru melahirkan anak untuk pertama kali. Mereka melaporkan temuan dalam perluasan area otak ini berhubungan dengan perilaku dan motivasi.

Para peneliti juga menemukan bahwa ibu yang paling antusias tentang bayi mereka, memiliki pertumbuhan lebih pada bagian penting otak - bagian tengah yang menghubungkan motivasi ibu, penghargaan dan pengolahan emosi - daripada ibu yang lebih santai dengan bayi mereka.

Temuan hasil penelitian kecil ini yang dilaporkan dalam Behavioral Neuroscience, edisi Oktober, menunjukkan bahwa keinginan ibu baru untuk merawat bayinya dapat digerakkan dengan insting yang kurang, dan lebih dengan membangun otak yang aktif. Demikian komentar dua ahli saraf tentang penelitian ini yang juga diterbitkan dalam jurnal.

Dipimpin oleh neuroscientist Pilyoung Kim, studi membandingkan gambar MRI dari 19 perempuan yang diambil 2-3 minggu dan 3-4 bulan setelah mereka melahirkan di Yale-New Haven Hospital di Connecticut. Para wanita rata-rata berusia 33, semuanya menyusui, dan hampir setengahnya memiliki anak-anak lain, dan tidak ada yang mengalami depresi postpartum.

Hasil pemindaian otak menunjukkan peningkatan kecil, tapi signifikan dalam volume materi abu-abu di berbagai bagian otak, termasuk daerah yang berhubungan dengan motivasi ibu (hipotalamus), penghargaan dan emosi pengolahan (nigra substantia dan amygdala), integrasi sensorik (lobus parietalis), serta penalaran dan penilaian (korteks prefrontal).

Pada orang dewasa, materi abu-abu umumnya tidak mengubah ukuran selama beberapa bulan tanpa proses belajar signifikan, cedera otak atau sakit, atau perubahan besar dalam lingkungan,

"Perubahan hormonal yang terjadi segera setelah melahirkan, termasuk meningkatnya estrogen, oksitosin, danprolaktin, dapat membuat otak ibu baru 'lebih rentan untuk terbentuk kembali sebagai tanggapan terhadap bayi mereka," kata para peneliti.

Ibu yang menderita depresi postpartum mungkin mengalami penurunan, bukan pertumbuhan, di daerah-daerah otak yang sama. [mor]

Semangka Efektif Turunkan Tekanan Darah

http://kosmo.vivanews.com/news/read/183358-semangka-efektif-turunkan-tekanan-darah

MINGGU, 17 OKTOBER 2010, 16:28 WIB
  Siswanto


Buah ini kaya senyawa yang dapat melebarkan pembuluh darah, dan bisa kurangi risiko stroke

VIVAnews - Kabar baik bagi pencinta semangka. Sebuah studi yang dilakukan para pakar nutrisi pangan di The Florida State University (FSU), AS, mengungkapkan, semangka kaya senyawa yang dapat melebarkan pembuluh darah, dan bisa mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.


Menurut Dr. Arturo Figueroa dan Profesor Bahram H. Arjmandi, semangka adalah sumber L-citrulline yang bisa dimakan, senyawa penting dalam memproduksi oksida nitrat, gas yang memperluas pembuluh darah.

Setelah melakukan pengujian terhadap sejumlah relawan prahipertensi (garis batas tekanan darah tinggi) yang diberi diberi ekstrak L-citrulline dari semangka sebanyak 6 gram atau sekitar satu sendok teh, hasilnya terjadi peningkatan fungsi arteri, yang kemudian berefek menurunkan tekanan darah, seperti dikutip dari Daily Mail.

Dr. Figueroa mengatakan penemuan ini menunjukkan bahwa semangka memiliki efek dilatasi (memperlebar pembuluh darah). Dan, satu yang bisa mencegah prahipertensi meningkat menjadi hipertensi, faktor risiko utama serangan jantung dan stroke.

Para peneliti menemukan bahwa semangka dengan daging buah berwarna oranye mengandung lebih banyak L-citrulline daripada yang berwarna merah. Lycopene, pigmen yang memberi warna pada buah itu, dipercaya memiliki banyak manfaat. Mulai dari menangkal kanker hingga meningkatkan kesuburan.

Kedua jenis itu kaya vitamin A, B6 dan C dan tinggi serat. Semangka juga sumber kalium yang bagus, yang menurunkan tekanan darah. (pet)
• VIVAnews

Manfaat Mengejutkan Buah Apel

http://kosmo.vivanews.com/news/read/183313-manfaat-mengejutkan-buah-apel

MINGGU, 17 OKTOBER 2010, 08:14 WIB
 Antique, Lutfi Dwi Puji Astuti



Siapa kira kalau Apel ternyata mampu melindungi paru, mencegah asma, dan melawan kanker.





VIVAnews - Mengonsumsi makanan sehat seperti buah memang sangat dianjurkan. Salah satu buah yang bisa Anda masukkan dalam menu sehat harian Anda adalah apel.
Buah berkulit mengilap dan memukau ini ternyata menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Anda. Seperti dikutip dari lamanShine, ketahui manfaat kesehatan dalam buah apel:

1. Mereka Makanan Lambat
Dikemas dengan kandungan serat lima gram mampu memenuhi 20 persen dari nilai asupan gizi harian Anda. Tekstur buahnya yang renyah bisa memaksa Anda untuk berusaha mengunyah. Kegiatan ini bermanfaat sebagai pengganti senam wajah.
Selain itu, pemanis alami dalam apel mampu memasuki aliran darah secara bertahap, membantu menjaga kadar gula darah dan tingkat insulin stabil sehingga Anda merasa kenyang lebih lama.

2. Melindungi Paru dan Mencegah Asma
Berdasarkan penelitian yang dikembangkan dari Britania Raya menyatakan, wanita yang mengonsumsi buah apel secara rutin saat mengandung bisa memberikan keuntungan kesehatan pada bayi yang akan dilahirkannya.
Selain itu, konsumsi apel bisa mencegah anak mengembangkan penyakit asma ketika usianya mencapai lima tahun. Buah ini juga dapat melindungi paru-paru orang dewasa, menurunkan resiko asma, kanker paru-paru, dan penyakit lainnya.

3. Pengikis Kolesterol
Berkat dua komponen kunci, pektin (sejenis serat) dan polifenol (antioksidan kuat), apel dapat mengambil mereduksi kadar kolesterol darah dan mencegah oksidasi LDL ("buruk") kolesterol, proses kimia yang mengubah menjadi plak penyumbatan arteri.
Trik untuk memaksimalkan manfaatnya, jangan membuang kulitnya, kulit apel memiliki dua sampai enam kali senyawa antioksidan seperti daging.

4. Melawan Kanker
Lab penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa senyawa dalam buah berair dan berdaging renyah ini mampu membunuh pertumbuhan sel kanker. Namun, khasiatnya akan bekerja baik jika buah ini dikonsumsi secara utuh.
Orang yang mengunyah lebih dari satu hari lebih, berisiko rendah menderita kanker, mulai dari kanker mulut, esofagus, usus besar, payudara, ovarium, prostat, dan lain-lain. Para penelitia Italia memperkirakan, mereka yang mengonsumsi apel secara rutin bisa mencegah penyakit mematikan ini 42 persen.

5. Mencegah Pikun Dikemudian Hari
Mungkin karena mereka meningkatkan produksi asetilkolin, zat kimia yang mentransmisikan pesan antara sel-sel saraf, sehingga kandungan apel mampu menjaga ketajaman otak seiring pertambahan usia, meningkatkan memori, dan berpotensi mengurangi kemungkinan mendapatkan penyakit Alzheimer.
Penelitian terbaru ini telah dibuktikan oleh para peneliti dari University of Massachusetts di Lowell.
• VIVAnews

Lima Gadget Paling Berbahaya

http://kosmo.vivanews.com/news/read/184573-lima-gadget-paling-berbahaya

MINGGU, 24 OKTOBER 2010, 03:01 WIB
   Umi Kalsum, Denny Armandhanu


Berbagai penyakit ditimbulkan alat-alat canggih ini.



VIVAnews - Di jaman serba digital seperti sekarang, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan peralatan elektronik. Peralatan ini selain  mempermudah kehidupan pemiliknya juga merupakan penunjang gaya hidup yang kian hari kian canggih.

Tapi tahukah anda bahwa alat-alat elektronik ini dapat membahayakan diri kita?

Ahli toksikologi peraih hadiah Nobel, Devra Davis, pada bukunya yang berjudul 'Disconnected ' mengungkapkan bahwa terdapat lima perangkat elektronik yang paling berpengaruh buruk bagi kesehatan manusia. Penyakitnya pun beragam, mulai dari gangguan pertumbuhan hingga kanker otak.

Namun, jangan khawatir, Davis juga menyertakan bagaimana menggunakan benda-benda tersebut sehingga tidak berakibat fatal bagi kesehatan kita. Berikut adalah lima benda elektronik yang paling berbahaya menurut Davis.

1. Handphone 
Menurut penelitian Davis, penggunaan handphone dapat merusak pertumbuhan sel otak pada anak dan menyebabkan tumor otak pada orang dewasa. Tidak hanya itu, handphone juga dapat mengancam populasi umat manusia. Kok bisa? Menurut Davis, penggunaan handphone minimal empat jam sehari dapat mengurangi jumlah sperma.

Tips:
Pakai speakerphone atau hands-free ketika menelepon.

2. Laptop 
Selain baterai yang meledak atau mainboard berasap, masalah laptop pada kesehatan manusia adalah sakit mata dan kepala karena radiasi layar. Selain itu, laptop yang diletakkan di paha dapat membakar paha seperti daging panggang. Hal ini dikarenakan panas yang keluar dari laptop. Kasus terparah adalah kanker kulit.

Tips:
Untuk menghindari sakit mata, berpaling dari layar laptop setiap 20 menit selama 2-3 menit. Perbesar font jika diperlukan. Untuk menghindari paha terbakar, beli bantal paha.

3. IPods
Davis menjelaskan penelitiannya yang mengatakan bahwa mendengarkan musik dengan iPods selama satu jam setengah dapat mengganggu pendengaran, bahkan pada kasus terparah adalah tuli.

Tips:
Pakai busa earphone untuk sedikit meredam suara yang keluar.

4. Video game 
Menggenggam stik game terlalu lama dapat membuat tanganmu merah, Davis menyebutnya “telapak Playstasion”. Ini disebabkan oleh lembabnya telapak tangan karena berkeringat. Sedangkan pada Nintendo Wii, keluhan yang paling sering adalah lepasnya tulang bahu karena terlalu bersemangat memukul.

Tips:
Pada Wii, pemain sebelumnya harus melakukan peregangan terlebih dulu. Untuk Playstation, pemain membaluri tangannya dengan bedak.

5. Komputer 
Penyakit yang timbul menurut Davis adalah masalah jantung dan obesitas karena kurang gerak. Kejang otot juga pernah terjadi karena terlalu lama menggunakan mouse atau salah posisi mengetik.

Tips:
Beli gelpad pada keyboard, lakukan yoga dan peregangan pada jam istirahat untuk melemaskan otot punggung dan leher.
• VIVAnews

THE ROLE OF RED WINE IN STROKE PREVENTION

http://edu.udym.com/the-role-of-red-wine-in-stroke-prevention/
January 1, 2008

A stroke is a medical emergency in which blood flow to the brain stops. This brain attack can be prevented by taking about two glasses of red wine per day. Various research show that the people who drink a couple of glasses of wine a week, live longer than people who don’t. Red wine is also a great stress reliever.


U.S. Researchers have found that red wine works effectively to protect brain damage after fit or stroke. Drinking red wine in moderate proportions may help a lot to prevent such damages on a long run.


According to Reuters, the scientists of John Hopkins University have done studies on mouse models. From the study it has been found that resveratrol, a component which is found in the seeds and grape skin, can help in preventing stroke.


Red wine contains approximately 5 mg/L of resveratrol. The study showed that resveratrol increases enzyme level in brain to protect the damage of nerve cells. The results show that the animals had less damage in brains rather than mice that had not been given resveratrol.


.According to research done by Dore, it has been found that the red wine turns on heme oxygenase anti-oxidant system, if taken in moderate amount. It was also discovered that there was a decrease of about 40 percent in the damage of stroke.


From research done, he and his team presented results to US government in Atlanta. He also said that the uniqueness about his study is to build the cell resistance by preventing the damage in brain and finding the benefits of red wine for good health.


Dore also said that red wine proves to be very much helpful for the prevention of heart troubles also along with the pre-treatment as well as the stroke prevention. But wine must be taken at prophylactic usage to attain the real benefit.


During the process of fermentation for making wine, the amount of resveratrol increases.

But still, the research is going on to translate the observations on mice to humans. Still it has not been perfectly proven that red wine provides protective effect against the stroke in humans.


Thus, about two glasses in a day should be taken in order to consume the required amount of resveratrol, which will help to prevent the stroke. But hey remember one more thing; the amount differs from person to person all depending on individuals’ weight.