http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/11/12/71559/Orientasi-Seksual-Dikendalikan-Kimia-Otak/11
Sebuah kimia otak mengontrol preferensi seksual pada tikus, demikian menurut studi terbaru. Tikus jantan yang dibiakkan tanpa serotonin kehilangan preferensinya pada tikus betina, kata peneliti China dalam laporannya yang dimuat di jurnal Nature.
Peneliti mengungkapkan ini pertama kalinya bahwa neurotransmitter telah menunjukkan peran penting preferensi seksual pada mamalia. Pakar telah mengingatkan mengenai bahayanya kesimpulan penggambaran seksualitas pada manusia.
Tim peneliti pertama kali membiakkan tikus jantang di mana otaknya tidak mendapatkan serotonin. Serangkaian percobaan menunjukkan bahwa tikus ini kehilangan preferensi terhadap tikus betina dengan tikus jantan yang tidak dimodifikasi.
Saat diminta memilih pasangan, tikus tanpa serotonin tersebut sama sekali tidak menunjukkan perferensi terhadap tikus betina atau jantan lainnya.
Ketika hanya tikus jantan dimasukkan ke dalam kandang, tikus jantan yang telah dimodifikasi jauh lebih mungkin untuk menaiki tikus jantan dan memancarkan "panggilan kawin" yang biasanya ditujukan kepada tikus betina dibandingkan tikus jantan yang tidak dimodifikasi.
Hasil yang sama dicapai ketika tikus yang berbeda dibiakkan. Mereka tidak memiliki gen tryptonphan hydroxylase 2 yang dibutuhkan untuk memproduksi serotonin. Namun, preferensi terhadap tikus betina bisa "dipulihkan" dengan menyuntikkan serotonin ke otak.
Laporan ini menyimpulkan bahwa sinyal serotonergik sangat penting untuk preferensi seksual jantan pada tikus untuk pertama kalinya. “Untuk pengetahuan kita, bahwa suatu neurotransmitter di otak telah dibuktikan penting dalam preferensi seksual mamalia.." kata peneliti.
Perilaku seksual pada tikus diduga didorong oleh indera penciuman. Profesor Keith Kendrick, ahli saraf di Institut Babraham di Cambridge, mengatakan, "Dalam hal relevansi potensi untuk memahami preferensi seksual manusia/orientasi, kita tentu saja jauh lebih sedikit dipengaruhi oleh isyarat bau dibandingkan tikus dalam konteks ini.”
Ada beberapa bukti yang sangat terbatas untuk perubahan respon untuk selective serotonin uptake inhibitors (SSRIs) pada otak homoseksual, tapi kami telah menggunakan obat-obatan psikoaktif, yang meningkatkan atau menurunkan fungsi serotonin untuk beberapa waktu sekarang ini. Sementara efek pada gairah seksual , impulsivitas dan agresi sering dilaporkan, tidak ada efek pada preferensi /orientasi seksualnya.
"Pada saat ini, kaitan potensial apapun antara serotonin dan preferensi seksual manusia harus dipertimbangkan agak lemah," kata Profesor Kendrick.(go4/DNI)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment