RENUNGAN HARI IBU.
Kenapa Angka Kematian Ibu (AKI) Masih Tinggi Aja?
Menurut SDKI’12, Angka Kematian Ibu saat ini masih 359 Per 100.000 Kelahiran Hidup. Padahal Target SDG’s di tahun 2030, paling tidak menurunkan hingga 70 per 100.000 KH. Secara Kalkulasi Matematika, dalam 15 tahun ke depan AKI harus turun sebesar 289 / 100.000 KH dan per tahun turun sebesar 19 / 100.000KH. ini secara hitungan matematik !! Sesuatu yang bukan Mustahil lagi….!!
Terlepas dari itung-2 an global tsb yang terpenting adalah mengapa sih kok masih tinggi aja AKI nya ? Dimana letak Gap nya? Ada yang salahkah dalam sistem kita ?? Marilah kita Recheck dengan menyandingkan Data-2 dari berbagai Sumber yang dalam kurun kurang lebih sama.
GAMBAR-1
GAMBAR-1 menunjukkan bahwa AKI yang awalnya menurun dari tahun 1991 hingga tahun 2007 tiba-tiba melonjak drastis di tahun 2012 yaitu dari 228 per 100.000 KH di tahun 2007 menjadi 359 per 100.000 di tahun 2012.
Angka Pemakaian Kontrasepsi / CPR bagi perempuan menikah usia 15-49 th hanya sedikit meningkat dari 61,4 % di tahun 2007 menjadi 61,9 % di tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa “peluang” untuk bisa Hamil dan kemungkinan meninggal sehingga menambah kematian ibu tidaklah terjadi perubahan berarti.
ANC yang dicerminkan dengan cakupan K-1 dan K-4, terjadi peningkatan pula. K-1 di tahun 2007 cakupannya 91,23 % dan meningkat di tahun 2012 menjadi 96,8 %. Demikian pula K-4 di tahun 2007 cakupannya 80,26 % dan meningkat menjadi 90,18 % di tahun 2012. Lantas Persalinan di tenaga kesehatanpun juga cenderung meningkat dari 77,21 % di tahun 2007 menjadi 88,64 % di tahun 2012.
Jika dicermati dari ke 3 kondisi di atas, semestinya dengan meningkatnya ANC dan Persalinan ke nakes, ditambah lagi CPR / Angka pemakaian kontrasepsi meningkat, maka AKI nya menjadi Menurun.
Namun kenapa kok AKI masih Tinggi dan meningkat ??
Apa iya peningkatan AKI itu dari 10 % Bumil yg tidak K4 saat ANC ?
Apa iya peningkatan AKI itu dari 12 % Ibu tidak bersalin di Nakes?
Apa iya peningkatan AKI itu dari 12 % Ibu tidak bersalin di Nakes?
Mari kita recheck kondisi yang terkait dengan 2 (dua) pertanyaan di atas.
Pemberi ANC ketika terjadi kehamilan, menurut hasil Riskesdas th 2010 dan tahun 2013 terlihat seperti tabel di bawah.
GAMBAR-2
Gambar-2, menggambarkan secara Total pemberi ANC meningkat tajam pada tenaga kesehatan di tahun 2010 sebesar 92,8 % dan menjadi 99,6 % di tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa ANC diberikan oleh tenaga kesehatan yang tepat dan berkualitas. Hanya sayangnya peran dokter umum masih minim.
Nah, dengan kondisi yang demikian ini, bisa jadi 10 % dari bumil yang tidak K4 ini memberi kontribusi kepada peningkatan AKI.
Selanjutnya jika dilihat dari Persalinan ke tenaga kesehatan dimana 12 % nya tidak bersalin ke Nakes, maka ada kemungkinan terkait dengan distribusi Nakes yang tidak merata. Disuatu wilayah terjadi KELEBIHAN nakes namun di wilayah lain terjadi KEKURANGAN nakes. Seperti yang terlihat pada diagram di bawah:
GAMBAR-3
GAMBAR-3, Secara Nasional, terdapat 71,5 % Puskesmas KELEBIHAN Bidan, namun masih ada 23 % Puskesmas yang KEKURANGAN Bidan. Demikian pula dengan tenaga kesehatan Dokter.
Apalagi jika dilihat menurut penyebaran Propinsi, Gambarannya menunjukkan betapa ‘njomplang’ nya distribusi Bidan di Puskesmas untuk masing-masing Propinsi di Indonesia, seperti di Jatim, 90 % lebih Puskesmasnya kelebihan Bidan, namun di Maluku, Papua Barat, Sulawesi Tenggara dll sebagian besar Puskesmas masih kekurangan tenaga Bidan. Sebenarnya sesuai dengan UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, disebutkan bahwa Pemerintah daerah Propinsi dan Kabupaten Kota berwenang melakukan Redistribusi tenaga kesehatan. Lebih jelas lagi pada Peraturan Bersama
Mendagri - MenpanRB – Menkes No.61 th 2014; No.68/ 2014 dan No. 08/ 2014 tentang Perencanaan dan Pemerataan Nakes di pelayanan kesehatan daerah. Namun apakah hal tersebut dilakukan?? Itulah sebabnya peningkatan cakupan K-1, K-4 atau Linakes melalui Peningkatan Jumlah Bidan di Puskesmas ‘JALANNYA BERLIKU”. Perlu Komitmen yang kuat untuk Redistribusi Nakes.
GAMBAR-4
Dengan melihat GAMBAR-4 tersebut di atas, maka ada kemungkinan bahwa daerah-2 yang kekurangan Bidan seperti Papua Barat, Papua, Maluku, Kalimantan Timur, Sulawesi tenggara dll persalinannya tidak di Nakes. Sehingga bisa saja memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan AKI.
Selanjutnya jika dilihat penyebab kematian Ibu, tertinggi masih disebabkan karena Perdarahan dan Hipertensi. Prosentase penyebab Perdarahan sebenarnya telah menurun dari 35 % di tahun 2010 menjadi 32 % ditahun 2011. Akan tetapi penyebab Hipertensi ( Eklamsi) terjadi kenaikan di tahun 2010 sebesar 22 % dan di tahun 2011 menjadi 25 %. Jika disandingkan dengan pemberian Fe ketika hamil agar tak terjadi Anemia dan juga Perdarahan nantinya, terjadi peningkatan mulai dari 86,1 % di tahun 2010 menjadi 89,1 % di tahun 2013. Terlebih ketika ANC, jenis pemeriksaan yang dilakukan diantaranya Tekanan Darah dan periksa Hb.
GAMBAR-5
Dari GAMBAR-5 diatas sebenarnya bisa menunjukkan bahwa pemeriksaan ibu saat hamil cukup berkualitas, yaitu sebagian besar dilakukan oleh Tenaga kesehatan dan preventif untuk tidak terjadi perdarahan serta hipertensi juga cukup dikendalikan. Namun mengapa Kematian ibu masih meningkat ?? inilah yang perlu direnungkan ?
Dari sisi lain, yaitu MEMAHAMKAN keluarga ibu hamil, sehingga mampu dan mau periksa kehamilan (ANC) dan persalinan ke Tenaga Kesehatan secara Kesadaran sendiri /mandiri, merupakan aspek Promotif dan preventif yang cukup penting. Namun sampai seberapa jauh sarana guna bisa dipakai sebagai ALAT PEMAHAM keluarga bumil tersebut ? salah satu alat pemaham yang ada saat ini adalah BUKU KIA. Lantas bagaimana kondisi KEPEMILIKAN BUKU KIA ini di masyarakat atau keluarga bumil ? mengingat salah satu strategi Promotif dan Preventif yang mungkin TERLUPAKAN adalah bagaimana membuat masyarakat ibu hamil dan keluarganya MENJADI PINTAR dan FAHAM tentang Kondisi kehamilannya melalui KEPEMILIKAN BUKU KIA.
Terlihat bahwa hasil Riskesdas 2013 lalu, Kepemilikan Buku KIA yang bisa menunjukkan buktinya hanya sebesar 31.7 %. Hal ini bisa diasumsikan bahwa HANYA 1.679. 566 ibu hamil yang memahami kondisinya sehingga bisa menyadari pentingnya K1, K4 atau Linakes. Sedangkan sisanya 3,6 Juta Ibu hamil dan keluarganya perlu dorongan ekstra untuk memahami kondisi Kehamilannya. ( Jumlah Bumil pada tahun yg sama adalah 5.298.285 orang).
Kalau kita tarik benang merah untuk sebuah alternative intervensi yang bisa dilakukan agar AKI ini bisa menurun dari gambaran kondisi di atas, dan kemudian kita kaitkan dengan UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF yang dikedepankan di Puskesmas, maka secara garis besar ada 2 Jalur, yaitu (1) Menambah tenaga kesehatan (Bidan) di puskesmas atau (2) Memahamkan masyarakat melalui Kepemilikan buku KIA.
Jika dilihat kondisi saat ini dengan jumlah bidan di puskesmas (pd tahun yg sama) = 102.176 orang. Jumlah ibu hamil yang semestinya dilayani bidan adalah = 5.298.285 orang. Jumlah Lulusan D3 Bidan Poltekkes (tahun yg sama) = 7.604 orang dan Jumlah peserta didik Poltekkes = 19.278 orang. Kemudian Kepemilikan Buku KIA adalah 31,7 %. Maka marilah kita cermati bersama hasil analisis sederhana dengan mengunakan Regresi Linier antara masing-2 variabel.
GAMBAR-6
Hasil analisis di atas memberikan gambaran ada 2 jalur yang bisa dilalui baik secara LANGSUNG maupun secara TIDAK LANGSUNG, yaitu melalui Variabel “Jumlah Bidan di Puskesmas” dan Variabel “Kepemilikan Buku KIA”. Khusus untuk “kepemilikan Buku KIA” ini data yang diambil adalah Responden (keluarga) yang menjawab “Ya punya dan dapat menunjukkan bukunya”. Asumsi yang di bangun disini adalah: Keluarga (ibu Hamil + suami) telah membaca dan memahaminya.
STRATEGI – 1 (JUMLAH BIDAN DI PUSKESMAS)
Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan meningkatkan Jumlah Bidan di Puskesmas sebanyak 1000 orang di seluruh Indonesia, maka akan meningkatkan Cakupan K-1 sebesar 3 %. Jika dilihat Lulusan D3 Bidan saat ini sebanyak 7.604 orang dan seluruh lulusan disebar di seluruh Indonesia dan menangani Ibu Hamil, maka diprediksi terjadi peningkatan cakupan K-1 sebanyak 22,8 % (0.003 x 7.604) ; Peningkatan cakupan K-4 sebesar 60.8% (0.008 x 7.604) atau Cakupan Linakes sebesar 60.8 % (0.008 x 7.604). Dari Perhitungan diatas kertas ini sebenarnya Intervensi melalui peningkatan jumlah Bidan di Puskesmas jalur LANGSUNG cukup bisa memenuhi Target. Demikian pula jika melalui Jalur TIDAK LANGSUNG, yaitu Peningkatan K-1 terlebih dahulu (22.8%), kemudian efek dari peningkatan K-1 ini akan mempengaruhi Peningkatan cakupan K-4 sebesar 19.01 % dan selanjutnya efek dari peningkatan K-4 ini akan mempengaruhi cakupan Linakes sebesar 19.01 % juga. NAMUN kenapa Kondisinya belum bisa terpenuhi ?? Hal ini terjadi Kemungkinan karena DISTRIBUSI tenaga Bidan di Puskesmas TIDAK MERATA. Seperti terlihat pada ulasan di atas sebelumnya.
STRATEGI -2 (Peningkatan KEPEMILIKAN BUKU KIA) :
Salah satu strategi Promotif dan Preventif yang mungkin TERLUPAKAN adalah bagaimana membuat masyarakat ibu hamil dan keluarganya MENJADI PINTAR dan FAHAM tentang Kondisi kehamilannya melalui KEPEMILIKAN BUKU KIA. Terlihat bahwa hasil Riskesdas 2013 lalu, Kepemilikan Buku KIA yang bisa menunjukkan buktinya hanya sebesar 31.7 %. Hal ini bisa diasumsikan bahwa HANYA 1.679. 566 ibu hamil yang memahami kondisinya sehingga bisa menyadari pentingnya K1, K4 atau Linakes. Sedangkan sisanya 3,6 Juta Ibu hamil dan keluarganya perlu dorongan ekstra untuk memahami kondisi Kehamilannya.
Padahal kalau kita melihat hasil analisis di atas, jika ‘Kepemilikan Buku KIA’ ditingkatkan 10 % saja, maka pengaruhnya pada cakupan K-1 akan meningkat sebesar 20,2 %, dan secara ‘efek domino’ akan menaikkan cakupan K-4 dan Linakes sebesar 16,68 % secara TIDAK LANGSUNG. Sedangkan secara LANGSUNG efek peningkatannya bisa 19,2 % baik K-4 maupun Linakes.
Lantas muncul pertanyaan:
1. MENGAPA JUSTRU STRATEGI KE-2 INI DILUPAKAN ??
2. MENGAPA TETAP BERKUTAT UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH BIDAN DI PUSKESMAS ??
3. MENGAPA TIDAK MENDORONG UNTUK REDISTRIBUSI NAKES (sesuai PMB 3 Menteri) ?
4. BENARKAH UNTUK MELAKUKAN STRATEGI KE 2 INI MENJADI BEBAN LEBIH DARI BIDAN ??
1. MENGAPA JUSTRU STRATEGI KE-2 INI DILUPAKAN ??
2. MENGAPA TETAP BERKUTAT UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH BIDAN DI PUSKESMAS ??
3. MENGAPA TIDAK MENDORONG UNTUK REDISTRIBUSI NAKES (sesuai PMB 3 Menteri) ?
4. BENARKAH UNTUK MELAKUKAN STRATEGI KE 2 INI MENJADI BEBAN LEBIH DARI BIDAN ??
Untuk Point pertanyaan 4 ini, MARI KITA LIHAT KONDISI yang ada dengan pendekatan matematika :
Jumlah Bidan di Puskesmas yang ada adalah 102.176 orang, sedangkan jumlah sasaran Bumil adalah 5.298.285 orang. Itu dalam 1 tahun. Sehingga jika dibuat Rasionya : 5.298.285 : 102.176 = 51,8 org (52 orang). Artinya bahwa 1 orang Bidan mengurusi 52 orang bumil dalam 1 tahun. Dalam 1 bulan berapa ?? 52 : 12 = 4,3 orang. Sehingga secara rata-rata bisa dikatakan 1 orang bidan HANYA mengurusi Bumil 1 orang dalam 1 minggu. Dan disini bisa terlihat bahwa MASIH ADA WAKTU ‘LOWONG’ 5 – 6 HARI. Lantas kenapa tidak bisa maksimal ‘MEMINTARKAN’ Bumil dan keluarganya dengan Kepemilikan Buku KIA ??
Menurut saya, Tidak bisa tidak kondisi harus segera dirubah, dengan mencermati kondisi seperti di atas yaitu:
1. Jumlah BUMIL = Jumlah K-1 = Jumlah K-4 = Persalinan Nakes. (atau perbedaannya sedikit). Hal ini terkait dengan perubahan Mindset bagi tenaga kesehatan (Bidan dll) dalam memandang ibu hamil yang akan dilayani juga masyarakat / keluarga dan pengelola masyarakatnya. Sehingga perlu dilakukan pendekatan secara TIM BASED dan KELUARGA.
2. Tidak tergantung dari hasil Survey AKI, akan tetapi dari sistem pencatatan kematian beserta Cause of Death nya yang valid.
3. Melibatkan tokoh masyarakat (kepala Desa / dusun, tokoh religious) secara Aktif di sisi HULU sebagai upaya Preventif. Mengingat bahwa Kepala Desa / Lurah merupakan ‘MANAJER PRODUKSI KESEHATAN” (jika di analogikan bahwa Keluarga itu sebagai unit produksi kesehatan).
Dengan ke 3 hal tsb di atas, harapan dalam renungan kali ini adalah bukan lagi “Kenapa AKI masih tinggi aja”, akan tetapi berubah menjadi
“ehhh… Ternyata AKI sudah menurun lhoo…”
“ehhh… Ternyata AKI sudah menurun lhoo…”
Demikian sejenak Renungan seorang pemimpi di HARI IBU ini, semoga bermanfaat dan mohon maaf jika kurang berkenan.
Salam BTB,
Debe.
No comments:
Post a Comment