Penulis : Natalia Ririh | Kamis, 15 September 2011
KOMPAS.com - Kecuali di rumah, kloset jongkok rasanya sudah semakin ditinggalkan. Tengoklah di hotel, mal, restoran, dan perkantoran, yang hampir semuanya menggunakan kloset duduk.
Budaya buang air dalam posisi duduk ini berawal pada pertengahan abad 19 di Eropa, yang umumnya dilakukan oleh para raja dan ratu. Dalam perjalanan waktu, akhirnya banyak orang ingin merasa sederajat dengan para bangsawan dengan melakukan kegiatan sama.
Era industri di Inggris disebut-sebut memicu produksi kloset duduk hingga kini semakin mendunia. Ada yang mengatakan, memakai kloset duduk terkesan modern, praktis, dan lebih higienis.
Tapi, tunggu dulu. Sebelum membuat kesimpulan demikian, perlu dicermati bahwa kloset jongkok memiliki beberapa kelebihan yang mungkin belum Anda ketahui. Karena menurut Dr Saeed Rad dari Iran, posisi jongkok saat buang hajat lebih baik dibandingkan posisi duduk.
Dalam kajiannya kali ini Dr Saeed tidak sendirian, karena sudah banyak ahli dari berbagai negara yang mengkaji perbandingan ini sejak 1980-an lalu. Hasil temuan para ahli ini serupa, yakni pertama, posisi jongkok membuat pembuangan lebih lancar dan tuntas. Pasalnya, otot-otot sekitar usus besar lebih nyaman bekerja karena otot paha saat jongkok ikut membantu peregangan. Hal ini dapat mencegah terjadinya hernia.
Kedua, saat posisi duduk dan mengejan, ada beberapa syaraf rentan terkena tekanan misalnya syaraf kandung kemih, prostat, dan rahim. Sementara posisi jongkok melindungi syaraf-syaraf tersebut dari kerusakan.
Ketiga, ketika seseorang dalam posisi jongkok, katup antara usus besar dan usus kecil menutup. Sehingga, mencegah usus kecil terkontaminasi bakteri dari usus besar.
Keempat, khususnya bagi ibu hamil, posisi berjongkok menghindari rahim tertekan ketika membuang air. Jika dilakukan setiap hari, maka akan membantu persalinan secara normal. Posisi jongkok juga merupakan posisi alami manusia saat melahirkan.
No comments:
Post a Comment