Sunday, May 15, 2011

HARI MALARIA SEDUNIA: Ancaman Parasit dari Monyet

http://health.kompas.com/index.php/read/2011/04/26/03202188/www.kompas.com
TI Produksi | Selasa, 26 April 2011 | 03:20 WIB
Indira Permanasari



Di Hari Malaria Sedunia yang diperingati 25 April dunia diingatkan penyakit malaria masih menjadi masalah besar kesehatan masyarakat.
Lebih dari 500 juta penduduk dunia per tahun terinfeksi malaria dan lebih dari sejuta orang per tahun meninggal dunia.
Kasus malaria terbanyak terdapat di kawasan Afrika dan beberapa negara Asia, termasuk Indonesia. Pertarungan negara-negara itu melawan malaria semakin mendapatkan tantangan dengan adanya jenis baru malaria yang disebabkan Plasmodium knowlesi. Malaysia lebih dulu berhadapan dengan infeksi P knowlesi.
Ada empat jenis parasit malaria pada manusia yang diketahui, yakni P falciparum, P vivax , P malariae, dan P ovale. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi.
Kini P knowlesi yang selama ini dikenal hanya ada pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), ditemukan pula di tubuh manusia. Penelitian sebuah tim internasional yang dimuat jurnal Clinical Infectious Diseases memaparkan, hasil tes pada 150 pasien malaria di rumah sakit di Sarawak, Malaysia, Juli 2006 sampai Januari 2008, menunjukkan, dua pertiga kasus malaria disebabkan infeksi P knowlesi.
Kasus yang diduga kuat infeksi P knowlesi juga terjadi di China, Thailand, Filipina, Myanmar, dan Indonesia. Jurnal Emerging Infectious Diseased (CDC) memuat studi berjudul Plasmodium knowlesi in Human, Indonesian Borneo. Artikel itu tentang seorang turis Australia yang terinfeksi P knowlesi setelah ke Kalimantan.
Tim dari Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan tengah meneliti kasus P knowlesi di Kalimantan Tengah. Ada enam contoh darah yang diduga kuat positif dan masih menunggu hasil uji lebih lanjut.
Koordinator Project Management Unit Global Fund Malaria Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan sekaligus doktor bidang malariologi, Lukman Hakim, mengatakan,
gejala malaria tak lepas dari siklus hidup Plasmodium. Secara garis besar, di dalam tubuh manusia parasit itu membelah diri (tahap pertama) di dalam hati. Selepas dari hati, parasit menyerang sel darah merah dan membelah diri beberapa kali dalam butiran sel darah merah. Saat pembelahan, dihasilkan zat yang memengaruhi alat pengatur di otak. ”Ini menyebabkan demam pada penderita,” kata Lukman.
Kematian dapat terjadi jika parasit menyerang otak, seperti pada malaria akibat P falcifarum. Parasit menempel dan dapat menyumbat pembuluh darah kapiler yang halus. ”Pembuluh darah kapiler berhubungan dengan organ vital, seperti otak dan ginjal,” kata dia.
Berbagai studi menunjukkan, pada infeksi P knowlesi, siklus reproduksi aseksual (pembelahan diri dalam tubuh manusia atau hewan) terjadi dalam waktu 24 jam. Lebih cepat dibandingkan siklus 48 jam pada P vivax, P ovale, dan P falciparum, sedangkan 72 jam pada P malariae. Setiap kali sel-sel membelah akan terjadi serangan demam.
Gejala pada infeksi P knowlesi disebut-sebut mirip dengan malaria berat P falciparum. Hal ini terungkap dalam studi bertajuk Clinical and Laboratory Features of Human Plasmodium knowlesi infection oleh sejumlah peneliti Malaysia dan Australia di Kapit Hospital, Sarawak, Malaysia.
Gejala yang tidak spesifik, antara lain demam dan rasa dingin. Kadang muncul kesulitan bernapas dan batuk. Selain itu, ada trombositopenia, yakni berkurangnya jumlah sel keping darah merah pada 98 persen pasien. Semula tiga pasien dalam studi itu tidak mengalami tromobositopenia dan level parasit dalam tubuh rendah. Namun, hanya dalam waktu 24 jam semua pasien mengalami trombositopenia. Ada pula yang mengalami gangguan pada hati. Pengobatan standar malaria dapat menyembuhkan penyakit itu.
Dalam artikel Plasmodium knowlesi malaria in human is widely distributed and potentially life-threatening diungkapkan, P knowlesi lebih sulit dideteksi lantaran penampakan di bawah mikroskop mirip dengan P malariae. Akibatnya, terjadi kesalahan identifikasi sebagai P malariae yang diasosiasikan dengan parasitemia rendah dan gejala klinis tidak berat. Di sisi lain, penyakit makin parah. Hal ini memicu serangkaian studi di Malaysia.
Perpindahan ke manusia
Lukman mengatakan, dulu nyamuk tidak mengisap darah manusia, hanya mengisap darah hewan. Namun, dengan membesarnya populasi manusia dan dekatnya jarak hewan dan manusia, nyamuk pun mengisap darah manusia. Penyakit dari hewan pun melompat ke manusia.
Berdasarkan hasil studi terbaru, diketahui P falciparum berasal dari gorila. Ada beberapa jenis Plasmodium yang sampai kini hanya ada di monyet dan belum ditemukan pada manusia.
Penggundulan hutan yang mengancam habitat monyet dan penambahan jumlah penduduk diduga memengaruhi berjangkitnya P knowlesi ke manusia.
Pakar malaria dan penulis buku tentang malaria yang mendapatkan penghargaan dari Kementerian Kesehatan untuk jasanya dalam eliminasi malaria pada 25 April 2011, Paul Harijanto, mengatakan, kehadiran jenis baru malaria tak lepas dari perilaku mikroba yang berevolusi. ”Berbagai faktor, seperti perubahan iklim, ikut memengaruhi. Contoh lain, P falciparum dikenal menyebabkan malaria berat. Namun, belakangan infeksi P vivax juga bisa berat,” kata Paul yang berpraktik di Rumah Sakit Bethesda, Tomohon, Sulawesi Utara.
Dia mengatakan, menghadapi P knowlesi tak beda dengan jenis malaria lain. Sepanjang ditangani dengan tepat dan segera, malaria jenis apa pun seharusnya tidak berakhir dengan kematian penderitanya.

No comments: